Panganpedia – Jika Anda pernah tersesat di alam, maka ingatlah tips bertahan hidup menurut para ahli yang disebut dengan ‘the Rules of Three’. Jika Anda belum tahu, arti ‘The Rules of Three’ adalah: seseorang dapat bertahan hidup 3 menit tanpa udara, 3 hari tanpa air, dan 3 minggu tanpa makanan.
Meski sangat tidak disarankan, sebenarnya seseorang bisa bertahan hidup selama 3 hari tanpa air. Tentu saja, aturan 3 hari ini terjadi pada suhu normal. Jika suhu lingkungan lebih dingin, Anda dapat bertahan hidup lebih lama. Tetapi jika suhu lingkungan lebih panas, bersiap-siaplah kehilangan air lebih banyak.
Nah, setelah 3 hari, seseorang sangat membutuhkan air atau dia tak akan bisa bertahan hidup. Sama seperti seseorang yang secara ajaib mungkin bisa bertahan selama 3 minggu tanpa makanan, meskipun itu sangat sangat sangat jarang terjadi. Hehehe.
Disamping tips-tips bertahan hidup tadi, fakta membuktikan bahwa banyak orang sebenarnya dapat bertahan hidup antara 8 sampai 10 hari tanpa air. Namun, tentu saja hal ini hanya boleh terjadi jika keadaannya memang benar-benar mendesak.
Kebutuhan Air Kita Per Hari
Setiap harinya, kita membutuhkan 1,5 hingga 2 liter cairan pada cuaca normal. Kebutuhan air meningkat jika cuaca lebih panas, atau saat kita berada pada kondisi bekerja berat. Istilah ‘cairan’ ini bisa berarti apa saja. Pada umumnya, air yang kita minum akan mencukupi kebutuhan sekitar 70 hingga 80% cairan tubuh. Sisanya didapat dengan mengkonsumsi asupan cair, misalnya bubur, sup, jus buah, dan susu demikian menurut British Dietetic Association.
Darimana asal angka 1,5 hingga 2 liter? British Dietetic Association memaparkan bahwa orang dewasa sebenarnya kehilangan 3 liter cairan tubuh dalam sehari, yaitu 1 hingga 1,5 liter keluar dari urin, 0,5 hingga 1 liter dari keringat, 400 ml keluar dari napas, dan 300 ml dari feses (kotoran).
Namun, itu tidak berarti bahwa kita membutuhkan air sebanyak itu. Makanan padat yang kita konsumsi juga menyumbang 1 liter cairan, dan 300 hingga 500 ml cairan adalah hasil samping pencernaan kita, sehingga hanya dibutuhkan 1,5 hingga 2 liter air seperti yang direkomendasikan para ahli gizi.
Sebagai unsur yang mengisi 65% tubuh manusia, air tentu menjadi sesuatu yang sangat penting. Air mengalir dalam darah untuk membawa oksigen dan nutrisi bagi sel-sel tubuh. Selain itu, air juga merupakan elemen penting bagi jaringan lunak dan sendi-sendi dalam tubuh.
Tanpa Air, Tubuh Mengalami Dehidrasi
Tanpa air yang dikonsumsi secara rutin, tubuh tidak akan sanggup mengolah dan menyerap makanan sebagai mana mestinya. Kondisi ini disebut dengan ‘dehidrasi’, ditandai secara sederhana dengan rasa haus yang timbul saat kita kekurangan air.
Ketika proses pengolahan dan penyerapan makanan yang terjadi dalam tubuh tidak berlangsung sempurna, maka masalah-masalah lain pun akan muncul. Meski tidak bisa dirasakan dalam waktu singkat, lambat-laun berbagai jenis penyakit akan muncul sebagai imbasnya. Selain masalah pencernaan, fungsi ginjal mungkin tidak bisa lagi dihindari.
Sekali lagi, manusia memang mungkin bertahan tanpa air. Tapi, hal ini hanya boleh terjadi dalam waktu singkat saja. Semakin lama seseorang mencoba bertahan hidup tanpa air, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk tewas.
Tipe dan Tanda Dehidrasi
Ada tiga tipe dari dehidrasi menurut EFSA (2008), yaitu (1) dehidrasi isotonic dimana jumlah air dan garam yang hilang itu sama, (2) dehidrasi hipertonic dimana hilangnya air melebihi garam, dan (3) dehidrasi hipotonik, dimana hilangnya garam melebihi air.
Dehidrasi isotonik biasanya terjadi setelah mengalami diare. Dimana garam dan air hilang melalui saluran pencernaan. Mengatasinya adalah dengan cara minum larutan oralit. Dehidrasi hipertonic terjadi karena kurangnya mengkonsumsi air dan terjadi kehilangan cairan yang berlebihan. Berkeringat juga dapat mewakili terjadinya kehilangan cairan akibat berolah raga pada suhu yang panas. Dehidrasi hipotonic terjadi ketika cairan gastrointestinal yang hilang digantikan oleh air atau larutan yang mengandung sedikit Na+ dan K+ daripada cairan yang hilang (Francesconi et al., 1987). Penurunan osmolaritas dari cairan ekstraselular menyebabkan terjadinya perpindahan air ke dalam cairan intraseluler untuk mencapai keseimbangan osmotik. Sehingga volume sel akan meningkat karena adanya penurunan pada cairan ekstraseluler.
Sebagai informasi, pada orang dewasa, dua per tiga dari total air dalam tubuh terletak pada bagian intraseluler, sementara satu per tiganya terletak pada cairan ekstraseluler. Contohnya, orang dengan berat 70 kg memiliki sekitar 42 L air dalam tubuh, dimana 28 L dalam intraseluler, dan 14 L dalam cairan ekstraseluler (ECF) (Wang et al., 1999).
Ciri-ciri orang yang dehidrasi antara lain:
tanda-tanda dehidrasi ringan hingga sedang antara lain:
- mulut kering dan lengket
- mengantuk dan capek
- haus
- Urin yang keluar sedikit
- Air mata yang sedikit jika menangis
- Otot lemah
- sakit kepala
- Pusing atau sakit kepala ringan
Sementara itu, tanda-tanda dehidrasi akut antara lain:
- Kehausan yang sangat
- Pada bayi: menjadi sangat rewel dan mengantuk, pada orang dewasa: mudah marah dan bingung
- Mulut dan kulit sangat kering
- keringat sedikit
- Mata berkantung
- Kulit menjadi tidak elastis, dan tidak ada ‘kenyal-kenyal’nya…
- Pada bayi: bagian fontanel lebih cekung ke dalam. (lihat gambar di bawah)
- tekanan darah rendah
- detak jantung cepat
- demam
- mengigau atau tidak sadarkan diri.
Baru-baru ini, hasil riset menunjukkan bahwa kehilangan cairan atau dehidrasi ringan atau kehilangan cairan sekitar 1-2% dari berat badan tubuh orang dewasa dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan baik pada fungsi kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, dan ingatan jangka pendek) dan kinerja fisik (ketahanan, kemampuan olahraga) (Ritz dan Berrut, 2005; Shirreffs, 2005).
Manusia dewasa, sebaiknya mengkonsumsi air sekurangnya 1,5 L perhari, karena air merupakan nutrisi cairan yang sangat penting bagi tubuh, karena tubuh manusia perlu air agar dapat berfungsi dengan baik.
Rajin-rajin minum air, yuk! 🙂
Sumber:
British Dietetic Association. Fluid Food Fact Sheet. https://www.bda.uk.com/foodfacts/fluid.pdf
EFSA (2008). Draft dietary reference values for water. Scientific Opinion of the Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies, (agreed on 11 April 2008 for release for public consultation).
Francesconi RP, Hubbard RW, Szlyk PC, Schnakenberg D, Carlson D, Leva Net al. (1987). Urinary and hematologic indexes of hypohydration. J Appl Physiol 62, 1271–1276. | PubMed
Ritz P, Berrut G (2005). The importance of good hydration for day-to-day health. Nutr Rev 63, S6–S13. | Article | PubMed
Shirreffs SM (2003). Markers of hydration status. Eur J Clin Nutr 57 (Suppl 2), S6–S9. | Article | PubMed
Wang ZM, Deurenberg P, Wang W, Pietrobelli A, Baumgartner RN, Heymsfield SB (1999). Hydration of fat-free body mass: a review and critique of a classic body-composition constant. Am J Clin Nutr 69, 833–841. | PubMed