Panganpedia – Minyak kelapa sawit (crude palm oil – CPO) saat ini adalah sumber minyak nabati terbesar di dunia. Menurut laporan Oil World pada tahun 2011, minyak kelapa sawit memberikan andil sekitar 27 % atau 46 juta ton terhadap total minyak nabati di dunia. Di Indonesia, bahkan terdapat pabrik kelapa sawit yang berjumlah lebih dari 640 dan mampu memproduksi CPO 23 juta ton atau 46% dari total produksi CPO di dunia. Sebuah angka yang sangat fantastis bukan?
Namun dibalik itu semua, limbah yang dihasilkan dari industri pembuatan minyak kelapa sawit menjadi isu yang sangat penting berkaitan dengan permasalahan pencemaran lingkungan. Sehingga diperlukan pengelolaan limbah yang tepat guna dan bernilai guna.
Salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah cangkang cangkang kelapa sawit yang mengandung selulosa (26,27 %), hemiselulosa (12,61 %), dan lignin (42,96 %). Komponen-komponen tersebut mampu menghasilkan suatu produk yang bermanfaat melalui proses pirolisis, yakni asap cair.
Asap cair adalah suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari uap asap kayu dalam air yang diperoleh dari hasil pirolisis kayu (Maga,1987). Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang menghasilkan arang dan asap yang dapat dikondensasi menjadi distilat. Pirolisis tersebut berlangsung pada suhu di atas 300 derajat Celcius selama 4-7 jam dengan melibatkan reaksi dekomposisi, oksidasi, polimerisasi dan kondensasi.
Asap cair hasil pirolisis cangkang kelapa sawit diketahui mengandung senyawa fenolik 2,91 %, karbonil 1,75 %, dan total asam 10,43% (Utami, 2010). Senyawa tersebut paling berperan dalam pembentukan sifat-sifat makanan yang diinginkan dan memiliki sifat fungsional berbeda. Senyawa fenolik berperan sebagai antimikrobia dan antioksidan yang mempengaruhi daya simpan produk pangan, karbonil berperan dalam pembentukan warna dan memberikan aroma spesifik, sedangkan asam berperan sebagai antibakteri dan pembentuk cita rasa produk asapan.
Asap cair banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu flavor produk lebih seragam, konsentrasi dapat diatur sesuai keinginan dan senyawa berbahaya dapat dihilangkan sebelum diaplikasikan untuk produk pangan. Di Indonesia keamanan asap cair telah masuk dalam SNI 01-7152-2006 tentang Bahan Tambahan Pangan Persyaratan Perisa dan Penggunaan Dalam Produk Pangan (Darmadji dkk, 2012). Penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet juga telah banyak digunakan, salah satunya sebagai bahan biopreservatif ikan tuna.
Sumber:
Darmadji, P. 2012. Optimasi Pemurnian Asap Cair Dengan Metoda Redistilasi. Jurnal Tenologi dan Industri Pangan. vol XIII no 3.
Maga. Y.A. 1987. Smoke in Food Processing. CRC Press. Inc. Boca Raton. Florida. : 1 – 3 ; 113 – 138.
Utami, Kurnia. 2010. Pemurnian Asap Cair Cangkang Kelapa Sawit Menggunakan Distilasi Bertingkat Dan Evaluasi Kimia Serta Karakteristik Warna. Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.