Saat berjalan-jalan di supermarket, kita akan terheran-heran jika memperhatikan banyak sekali produk susu dengan berbagai kemasan dan bentuk. Disadari atau tidak, susu kini diolah ke tangan konsumen menjadi bermacam-macam “model”, sebut saja susu pasteurisasi, susu bubuk, susu kental manis, susu UHT, dan lain sebagainya.
Baca dulu: Sterilisasi Pangan: Pengertian, Prinsip, dan Prakteknya
Semua jenis susu tersebut hadir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak cuma soal merk, konsumen saat ini juga semakin cerdas. Hal ini terbukti dengan banyaknya ibu-ibu yang mulai membandingkan mana susu yang kandungan gizinya lebih tinggi.
Produk susu paling sederhana yang ada di swalayan adalah susu pasteurisasi. Susu pasteurisasi adalah susu yang telah melalui proses pemanasan sederhana untuk membunuh bakteri patogen*. Menilik perkembangan teknologi, ada juga pabrik yang sudah menerapkan peningkatan keamanan pada produk susu, misalnya susu UHT.
Lebih Suka Minum Susu Segar
Terlepas dari semua itu, banyak pula segelintir orang yang lebih memilih meminum susu segar. Ya, susu segar punya banyak fans, terutama karena dipercaya lebih tinggi gizinya dibandingkan susu jenis lainnya. Rasanya juga lebih enak. Para penyuka susu segar juga percaya bahwa proses pemanasan tinggi justru dapat merusak zat gizi penting serta mematikan bakteri-bakteri baik yang ada di dalamnya.
Bahaya Minum Susu Segar
Sayangnya, banyak orang tidak tahu bahwa meminum susu segar beresiko menyebabkan sakit dan kematian. Studi mengungkapkan bahwa meminum susu segar akan menyebabkan resiko sakit meningkat 100 kali lipat dibandingkan dengan meminum susu pasteurisasi. Meski hanya ada 3,5% populasi di dunia yang meminum susu, namun separuh dari kasus keracunan akibat susu terjadi karena konsumsi susu segar.
Mengapa hal demikian bisa terjadi?
Zaman dahulu, banyak orang hidup di desa dan mengkonsumsi susu segar segera setelah diperah dari sapi. Kini, susu harus melalui jalur yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen.
Setelah diperah dari sapi, susu dikumpulkan dalam tangki dan dikirim ke konsumen. Gabungan antara campuran berliter-liter susu, penyimpanan, dan transportasi tentu akan memberi kesempatan banyak bakteri patogen untuk tumbuh, misalnya Listeria, Salmonella, Campylobacter, dan E. coli.
Itulah sebabnya mengapa sistem rantai distribusi pangan kita tidak bisa mentolerir susu segar. Beberapa orang bisa saja merasa aman mengkonsumsi susu segar setiap hari dari peternak sapi langsung, tetapi data itu saja tidak cukup. Di AS misalnya, dalam kurun waktu 1998 hingga 2011, ada 148 kasus soal konsumsi susu segar yang berakibat pada 2.384 orang yang sakit, 284 orang dirawat inap, dan 2 orang meninggal.
Jadi, masih ingin minum susu segar?
*bakteri patogen = bakteri yang dapat membahayakan kesehatan tubuh
(*) dari berbagai sumber