Panganpedia – Sudah pernah dengar ungker? Kalau liburan sekarang anda berkunjung ke kabupaten Blora, Jawa Tengah, ada kemungkinan anda akan mendengar tentang pangan eksotis hutan jati nan ekstrim ini. Saat awal musim hujan ini anda dapat menemui penjual ungker di pingggir hutan jati dan membelinya dengan harga 10-15 ribu rupiah per cup air mineral atau kurang dari 100 gram.
Jangan kaget dengan harganya yang lebih mahal dari daging sapi, karena untuk masyarakat lokal, ungker hutan jati dihargai tinggi karena keberadaannya yang langka dan rasanya yang unik.
[irp]
Ungker adalah bentuk kepompong dari ulat jati (Hyblaea puera). Ulat yang sudah cukup memakan daun jati akan memulai fase kepompongnya (pupa) dengan turun ketanah dengan benang dan mulai membungkus dirinya dengan jaringan kepompong. Ungker yang memiliki siklus hidup seperti ini seakan menunggu untuk ditemukan oleh manusia sebagai pangan yang eksotis.
Ungker sebagai pangan lokal kawasan yang kaya akan hutan jati, juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Ngengat yang termasuk dalam ordo lepidoptera ini memiliki kandungan protein yang tinggi, lebih dari 45% berat kering, dengan kandungan asam amino esensial 13% berat kering atau 40% dari total kandungan asam amino yang dikandung. Ungker juga mengandung asam lemak tak jenuh dan sejumlah vitamin larut lemak. Namun, ungker memiliki kandungan lemak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi dan ayam. Dari kandungan nutrisi ini, ungker layak disandingkan dengan daging sapi dan ayam sebagai sumber protein hewani yang berkualitas tinggi.
Namun perlu diperhatikan bahwa kandungan protein pada ungker mungkin dapat menyebabkan alergi. Meskipun penelitian mengenai alerginitas pada ungker belum pernah dilakukan, namun anda harus berhati-hati jika anda mempunyai alergi pada ikan-ikanan atau serangga dan ingin mencoba ungker.
[irp posts=”328″ name=”Belalang Goreng Suka Bikin Alergi, Kenapa Ya?”]
Keberadaan ungker yang musiman menjadi penyebab utama tingginya harga bahan pangan ini. Daun jati yang menjadi sumber makanan ulat jati hanya tumbuh subur di musim hujan, karena begitu memasuki musim kemarau, daunnya akan menggugurkan diri. Pada musim hujan, daun jati mulai tumbuh dan menjadi makanan utama bagi ulat jati. Setelah puas memakan daun jati, ulat akan membentuk kepompong dan siap ditemukan manusia.
Biasanya, masyarakat Blora akan mencari ungker yang berjatuhan di sekitar pohon jati. Ungker yang cukup terkumpul dijual dalam bentuk mentah, dalam wadah gelas mineral. Ungker yang siap ‘panen’ biasanya berwarna coklat tua dan memiliki ukuran sebesar satu hingga dua sentimeter.
Pengolahan ungker ini tergantung selera. Ungker dapat diolah dengan cara digoreng biasa dengan minyak kelapa atau minyak sawit. Namun seringkali ungker diolah dengan cara dioseng. Pada awalnya, ungker dibersihkan terlebih dahulu dengan air dan dikeringkan.
[irp][irp]
Jika anda tertarik untuk mengolah ungker, resep di bawah ini dapat dicoba, lho. Bahan: 2 cangkir kepompong jati, Garam, daun salam (Eugenia polyantha), sepotong lengkuas yang dihancurkan (. Alpinia spp,), gula kelapa, 3 bawang merah, 3 bawang, 5 cabai mentah, cincang dan Kecap manis. Langkah: Bilas ungker dengan air mendidih. Goreng semua bahan (kecuali ungker) dengan satu sendok makan minyak hingga aroma muncul. Tambahkan sedikit air dan aduk sampai gula mengkaramel, kemudian tambahkan ungker. Sajikan dengan nasi putih hangat.