Panganpedia – Berapa banyak tahapan yang dilalui garam dari lautan hingga sampai ke depan meja Anda? Mungkin tidak banyak dari Anda yang peduli, dan baru ‘ngeh’ saat harga garam melambung tinggi, seperti terjadi sejak Agustus lalu. Dengan mempelajari proses produksi garam, maka kita bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi pada harga garam di Indonesia. Yuk kita belajar soal apa bedanya proses produksi garam di Indonesia dan luar negeri di artikel Panganpedia berikut!
Mengenal Proses Produksi Garam di Indonesia
Cara ini adalah cara terkuno dalam menghasilkan garam sepanjang masa. Ya, secara simpel proses ini melibatkan evaporasi air laut yang akan menyisakan garam di daratan. Petani-petani tambak akan membuat petakan-petakan tambak garam, dimana setiap petakan dibagi sesuai dengan “konsentrasi” garamnya. Konsentrasi atau kepekatan garam biasa diukur menggunakan alat ukur bernama Baumemeter, dengan ukuran akhir antara 20-25 Be. Namun, petani-petani tambak umumnya sudah hafal sehingga seringkali mereka hanya menggunakan insting. Hebat ya!
Setelah air garam mencapai 20-25 Be atau biasa disebut “air tua”, garam kemudian dikumpulkan ke petak khusus bernama meja garam atau kolam kristalisasi, lalu diuapkan selama 7 hari agar terbentuk kristal garam. Kristal garam ini berukuran besar dan kasar, sehingga sering kita menyebutnya sebagai garam krosok. Garam krosok ini masih mengandung partikel-partikel pengotor, seperti magnesium sulfat, magnesium klorida, kalsium sulfat, kalium klorida, magnesium bromida, dan kalsium karbonat.
Untuk menghasilkan garam dapur, maka perlu dilakukan penghilangan partikel pengotor tersebut, sehingga dilakukan kristalisasi bertingkat. Umumnya, pembuatan garam dapur dilakukan dengan perebusan selama 3-4 jam.
Proses Produksi Garam di Luar Negeri
Berbeda dengan di Indonesia, produksi garam di luar negeri menggunakan tambang garam atau disebut rock salt. Sederhananya, tambang garam ini adalah garam yang sudah terkristalisasi akibat evaporasi lautan purba 200-250 juta tahun lalu. Karena struktur geologisnya, umumnya tambang garam ini terletak jauh di bawah tanah, sekitar 100 meter hingga 1,5 kilometer di bawah tanah.
Tambang garam seperti ini banyak ditemukan di AS, Kanada, Jerman, Eropa Timur, dan Cina. Kelebihan dari tambang garam ini adalah senyawanya yang lebih murni dan bebas pengotor. “Pengambilan” garam pada tambang bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pengambilan garam dengan cara peledakan atau pengerukan langsung, dan (2) pengambilan dengan garam dengan pelarutan di dalam tanah. Pada cara yang pertama (disebut rock-salt mining), dibutuhkan terowongan yang mirip seperti penambangan batuan, sedangkan cara kedua (disebut juga solution mining) menggunakan air yang dialirkan ke bawah untuk melarutkan garam (selengkapnya lihat gambar).
Pembuatan Garam Beryodium
Mengapa garam makanan kita ditambahkan iodium? Hal ini berawal dari perhatian dunia soal kekurangan iodium yang cukup banyak dialami oleh banyak orang di dunia. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) pada tubuh dapat menyebabkan gondok, sedangkan ibu hamil yang kekurangan iodium dapat berdampak pada keterbelakangan mental dan penurunan kecerdasan pada anak yang dikandungnya. Kepedulian pemerintah kemudian mensyaratkan kandungan iodium pada garam harus diatas 30 ppm (30-80 mg iodium dalam 1 kg garam). Iodium pada garam ditambahkan dalam bentuk kalium iodida (KIO3). Pada akhirnya, goal dari peraturan ini adalah untuk memenuhi MDGs, yaitu ensuring food security and good nutrition, dengan mengurangi anak pendek, anak kurus, dan anak anemia.
Perlukah Impor Garam di Indonesia?
Jika kita bercermin dari Indonesia yang merupakan negara maritim, mengapa kita mengimpor garam. Dalam wawancaranya yang dilansir BBC, Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia, Cucu Sutara, memaparkan bahwa penyebab utama negara kita harus impor garam adalah karena faktor cuaca. Adanya hujan yang terus-menerus membuat produksi garam merosot, terlebih petani garam yang hanya mengandalkan sinar matahari sebagai penguapan.
“Kita masih mengandalkan matahari dan masih memakai alat sederhana, yaitu pengeruk kayu dan kincir angin. Jangankan bicara kualitas, bicara peningkatan kapasitas juga sulit,” ujarnya. Pada cuaca bagus saja, sehektar tambak garam hanya akan menghasilkan 70 ton garam.
Meski Indonesia menyandang gelar sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, yaitu 99.093 kilometer, namun ternyata hanya 26.024 hektar yang cocok dijadikan tambak garam. “Bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia sehingga produksi garamnya berlimpah, itu mitos,” kata Cucu.