Panganpedia – Menggoreng adalah salah satu teknik masak favorit yang sangat umum dilakukan. Menggoreng seringkali menjadi pilihan karena dapat menggunakan peralatan yang mudah. Selain itu, masakan yang dihasilkan dengan cara menggoreng terasa akan terasa renyah sekaligus lezat. Dengan suhu tinggi, proses ini juga dapat membunuh bakteri patogen yang berbahaya dalam produk pangan.
Ragam Teknik Menggoreng
Teknik menggoreng pada dasarnya terdiri dari tiga macam, yaitu menggoreng dengan deep frying, semi deep frying, dan menumis. Teknik deep frying adalah teknik menggoreng dengan menggunakan banyak minyak sehingga produk pangan dapat tercelup sempurna. Metode ini biasa digunakan untuk menggoreng kentang, donat, gorengan, ayam, ikan, dan lain sebagainya. Dengan metode ini, makanan akan cepat matang.
Teknik lain yang digunakan adalah semi deep frying, yaitu meggoreng hingga minyak tercelup ke dalam setengah produk. Menggoreng perkedel biasa dilakukan oleh ibu-ibu dengan cara ini. Teknik yang tak kalah menarik adalah menumis (saute frying) atau disebut juga dengan mengoseng. Dalam teknik ini, produk pangan digoreng dengan sedikit minyak disertai pengadukan. Masakan tumisan seringkali menjadi favorit karena simpel dalam pembuatannya.
Mengapa Terlalu Sering Menggoreng Tidak Baik?
Kita sering mendengar bahwa produk-produk junk food yang dipercaya tidak baik bagi kesehatan jika terlalu sering dikonsumsi. Begitu pula dengan terlalu banyak makan gorengan yang berdampak tidak baik bagi kesehatan. Mengapa?
Ada tiga alasan mengapa terlalu sering memakan produk-produk yang digoreng tidak baik, yaitu radikal bebas, asam lemak trans, dan akrilamida.
Radikal Bebas
Radikal bebas bisa terbentuk akibat adanya oksidasi karena menggoreng dengan suhu yang makin tinggi dan volume minyak yang semakin banyak. Pembentukan radikal bebas ini dapat bersifat karsinogenik (memicu kanker).
Asam Lemak Trans
Beberapa jenis minyak, misalnya minyak kedelai, jagung, dan bunga matahari punya asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Minyak tersebut cocok digunakan sebagai salad oil. Namun, jika ada frying oil yang terbuat dari minyak-minyak tersebut, maka akan ada asam lemak trans yang terkandung di dalamnya, karena minyak salad oil diproses lebih lanjut menjadi frying oil melalui hidrogenasi. Tetapi, jangan khawatir, sebab minyak goreng di Indonesia umumnya berasal dari minyak kelapa sawit (palm oil).
Asam lemak trans dapat memicu resiko penyakit jantung koroner (PJK).
Akrilamida
Akrilamida adalah senyawa yang terbentuk karena bertemunya gugus gula tereduksi dengan asam amino asparagin yang terjadi pada suhu tinggi. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa senyawa ini dapat memicu kanker.
Jangan Takut Menggoreng, Ini Tips Menggoreng yang Baik
Melihat resiko bahaya produk gorengan, bukan berarti teknik pemasakan ini patut dijauhi. Selain dikonsumsi dalam batas wajar, cara menggoreng yang benar juga perlu diperhatikan. Begini tips menggoreng sehat:
(1) Memilih minyak goreng
Untuk menggoreng, pilihlah minyak yang stabilitasnya tinggi. Gunakan minyak kelapa sawit atau minyak khusus menggoreng. Beberapa jenis minyak, misalnya minyak zaitun (olive oil) dan minyak kedelai tidak cocok untuk menggoreng karena mengandung banyak asam lemak tidak jenuh sehingga sangat mudah teroksidasi pada suhu tinggi.
(2) Menyimpan minyak di tempat sejuk dan gelap
Menyimpan minyak di tempat sejuk dan gelap dapat mengurangi oksidasi yang terjadi, sehingga membuatnya lebih awet dan sehat.
(3) Ganti minyak setiap dibutuhkan
Menggoreng bahan dengan minyak yang sama berkali-kali tentu tidak sehat. Semakin baru minyak yang digunakan, maka semakin baik produk gorengan.
(3) Pantau suhu penggorengan serendah mungkin
Suhu penggorengan yang rendah dapat mengurangi radikal bebas yang terbentuk, sehingga lebih baik efeknya bagi kesehatan. Suhu penggorengan yang terlalu tinggi kadang juga menyebabkan produk pangan tidak matang sempurna di bagian dalam.
(*) dari berbagai sumber