- Advertisement -
Minuman manis menjadi salah satu sumber utama asupan gula pada anak-anak, terutama melalui minuman buah, soda, dan minuman manis lainnya. Penelitian terbaru menyoroti bahwa kebiasaan konsumsi minuman manis pada anak usia dini yang dapat memprediksi pola konsumsi serupa di masa kanak-kanak dan bahkan remaja dan berpotensi meningkatkan risiko penyakit di masa depan.
Konsumsi Minuman Manis Sejak Dini dan Dampaknya
Penelitian yang dilakukan oleh Ziesmann et al., pada 999 anak-anak, menemukan bahwa konsumsi minuman manis pada usia di bawah 2,5 tahun dapat mempengaruhi pola makan di masa kanak-kanak (5-9 tahun). Di awal penelitian, sekitar 43% dari anak-anak sudah mengonsumsi lebih dari setengah cangkir minuman manis per hari. Angka ini meningkat menjadi 64% saat anak-anak berusia antara 5 hingga 9 tahun.
- Advertisement -
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi jus buah 100%, soda, dan minuman manis lainnya secara signifikan meningkatkan kemungkinan anak-anak akan terus mengonsumsinya di usia yang lebih tua. Anak yang mengonsumsi soda pada usia dini memiliki peluang lebih dari 12 kali lipat untuk melanjutkan kebiasaan ini pada usia 5-9 tahun dibandingkan dengan anak yang tidak mengonsumsinya sama sekali. Ini mengindikasikan bahwa kebiasaan minum minuman manis di masa balita dapat bertahan seiring bertambahnya usia.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Konsumsi Minuman Manis
Selain konsumsi sejak dini, ada faktor-faktor lain yang memengaruhi pola konsumsi minuman manis pada anak-anak, antara lain:
- Jumlah Saudara: Anak yang memiliki saudara cenderung lebih banyak mengonsumsi minuman manis dibandingkan dengan anak tunggal. Mungkin ini disebabkan oleh pengaruh saudara yang lebih tua.
- Pendapatan Rumah Tangga: Anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengonsumsi minuman manis. Faktor ekonomi dapat memengaruhi akses pada jenis makanan dan minuman yang lebih sehat.
- Durasi Menyusui: Anak-anak yang disusui lebih lama cenderung memiliki konsumsi minuman manis yang lebih rendah di usia sekolah. Hal ini mungkin karena ASI membantu memperkenalkan rasa alami tanpa tambahan gula, sehingga kesukaan terhadap makanan manis menjadi lebih rendah.
Implikasi Kesehatan Jangka Panjang
Konsumsi gula yang berlebihan dari minuman manis di usia dini berpotensi meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan kardiovaskular. Selain itu, kebiasaan konsumsi gula yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kerusakan gigi.
Menurut rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak dan orang dewasa disarankan untuk mengurangi asupan gula bebas hingga kurang dari 10% dari total asupan kalori harian. Rekomendasi ini didasarkan pada bukti bahwa penurunan asupan gula dapat menurunkan risiko obesitas dan penyakit metabolik lainnya. Di sisi lain, American Academy of Pediatrics menyarankan untuk membatasi konsumsi jus buah pada anak-anak, terutama anak di bawah usia 1 tahun yang sebaiknya tidak diberikan jus sama sekali.
- Advertisement -
Mengapa Penting Mengontrol Konsumsi Gula pada Anak?
Pada anak-anak, pola makan yang terbentuk sejak usia dini cenderung berlanjut hingga dewasa. Dengan mengurangi konsumsi minuman manis sejak awal, orang tua dapat membantu anak-anak membentuk pola makan yang lebih sehat. Menggantikan minuman manis dengan air putih atau minuman rendah gula adalah langkah preventif yang sederhana namun efektif.
Sumber: Ziesmann et al. (2019). The Association between Early Childhood and Later Childhood Sugar-Containing Beverage Intake: A Prospective Cohort Study.
- Advertisement -