Panganpedia – Kesehatan tubuh adalah aset terpenting dalam hidup. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, dimulai dari pengetahuan soal kesehatan dan pangan konon sudah dipelajari oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Di Indonesia contohnya, kuliner Jawa sudah lebih dulu diulas dalam Serat Centhini, sebuah ‘dokumentasi’ yang dibuat pada tahun 1814-1823 oleh tim penulis yang dipimpin oleh putra mahkota yang belakangan menjadi Raja Paku Buwono V. Anggota tim tersebut terdiri dari Raden Ngabei Ronggowarsito, Raden Ngabei Yasadipura II dan Raden Ngabei Sastrodipuro. Serat Centhini konon membahas mengenai seluruh kebudayaan Jawa yang ada pada saat itu, mulai dari kehidupan, ramuan tradisional Jawa, makanan Jawa, bahkan kisah cinta.
Pengetahuan soal kesehatan dan pangan tak cuma ada di Indonesia saja, lho! Di India, ilmu tentang kesehatan diulas dan menjadi tradisi turun-temurun disana, dengan nama Ayurveda. Nah, apa itu Ayurveda? Silahkan dibaca baik-baik ya artikel ini.
Ayurveda adalah Pengetahuan Tradisional dari India
Ayurveda adalah salah satu sistem kesehatan tertua yang berasal dari kebudayaan India. Pengetahuan tentang Ayurveda konon sudah diterapkan oleh para nenek moyang di India dan menjadi tradisi turun-temurun. Istilah Ayurveda sebenarnya merujuk ke dua kata, yaitu Ayu (arti: hidup) dan veda (arti: pengetahuan, red.), yang artinya adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan atau kesehatan dan aspek-aspek yang berkaitan, termasuk di dalamnya adalah hidup bahagia dan umur panjang.
Ilmu Ayurveda mempercayai adanya lima elemen yang saling berkaitan, yaitu tanah, air, api, udara, dan atmosfer, yang semuanya berhubungan dengan lima indera, yaitu bau, rasa, penglihatan, sentuhan, dan pendengaran.
Karena berhubungan dengan kesehatan, ilmu Ayurveda juga punya hubungan erat dengan pangan. Berikut beberapa pemahaman soal pangan dilihat dari ilmu Ayurveda.
-
Makanan dapat mempengaruhi mood
Salah satu klasifikasi makanan dalam Ayurveda adalah dari rasa (taste). Dalam Ayurveda, dikenal enam jenis rasa yaitu manis, asam, asin, sepat, pedas, dan pahit. Keilmuan Ayurveda percaya bahwa ada kaitan erat antara konsumsi makanan dengan mood seseorang. Dalam keilmuan ini, juga dikatakan bahwa manifestasi penyakit berhubungan erat dengan ekspresi psikologis, misalnya nafsu, kemarahan, kerakusan, keinginan, kasih sayang, dan ego, yang kesemuanya berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi seseorang.
2. Beberapa penggabungan makanan mempunyai efek buruk
Keunikan dari ilmu Ayurveda adalah mempercayai bahwa setiap makanan dapat menciptakan efek buruk jika dikombinasikan. Keilmuan ini mempercayai bahwa ada 18 bentuk ketidakcocokan dalam bahan pangan. Ketidakcocokan ini dilihat dari bahan, proses, kuantitas, waktu konsumsi, musim konsumsi, dan kombinasi pangan. Contohnya, buah-buahan yang asam tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan susu; madu tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan ghee (mentega) dengan dosis yang sama.
3. Setiap orang punya preferensi rasa yang berbeda dan terbagi-bagi.
Ilmu Ayurveda memegang teguh apa yang disebut sebagai prakriti. Prakriti adalah karakteristik individual yang dilihat berdasarkan fisik, fisiologis, dan psikologis seseorang. Sebagai contoh, pada preferensi rasa, setiap individu bisa dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu vata (lebih menyukai rasa manis, asam, dan asin), pitta (lebih menyukai rasa manis, pahit, dan sepat), dan kapha (lebih menyukai rasa pedas, pahit, dan sepat). Ilmu Ayurveda juga mempercayai bahwa setiap individu harus mengkonsumsi apa yang menjadi fitrahnya. Jika melanggar, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. Contohnya, jika seseorang berkepribadian vata namun ia terus mengkonsumsi makanan sepat, pahit, dan pedas, maka akan menyebabkan penuaan dini dan penurunan kesehatan.
4. Makanan yang baik dan makanan yang tidak baik.
Ilmu Ayurveda juga membagi beberapa makanan menjadi makanan yang baik dan makanan yang tidak baik (di India disebut sebagai pathya apathya; yaitu Do and Dont’s, red.). Istilah ini biasanya berlaku bagi pangan yang berkaitan dengan kesehatan. Misalnya, buah delima dan mentega susu (buttermilk) adalah makanan yang baik untuk anemia gizi besi. Ada pula aturan untuk mengkonsumsi yogurt, yaitu yogurt tidak boleh dikonsumsi pada malam hari dan juga tidak boleh dikonsumsi pada musim semi, musim panas, dan musim gugur. Yogurt harus dikonsumsi dengan gula atau madu.
Bagi pasien yang sakit batuk, disarankan untuk mengkonsumsi sayuran, bumbu-bumbu misalnya bawang putih dan kapulaga, lada, jahe, dan bumbu lain yang dimakan bersama puffed rice (makanan khas India).
Dari penjelasan diatas, sangat terlihat bahwa aplikasi keilmuan Ayurveda ini mempunyai prinsip, metode, dan praktek yang sangat berbeda dibandingkan konsep biomedis dan ilmu gizi modern saat ini. Beberapa penelitian saat ini masih mempelajari lebih dalam prinsip-prinsip Ayurveda menggunakan perangkat keilmuan modern.
Sumber:
Artikel ini merupakan bagian dari bahasan dalam “Summer Course: Traditional Food for Agro-Biodiversity, Health, and Tourism” yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada, 23-29 Juli 2018.
Payyappallimana, U. dan P. Venkatasubramanian. Exploring Ayurvedic Knowledge on Food and Health for Providing Innovative Solutions to Contemporary Healthcare. Frontiers on Public Health, March 2016, Vol.4.